Senin, 20 Agustus 2007

PEMIMPIN TELADAN

Suatu hari Umar r.a masuk ke dalam kamar Rasulullah Saw saat belaiu sedang berbaring. Di tubuh Nabi terlihat bekas tikar dan di kamar beliau Umar hanya melihat segenggam gandum kira-kira seberat satu sha’ dan daun penyamak kulit di salah satu sudut kamar serta sehelai kulit binatang yang belum selesai disamak. Lalu Umar pun menangis.

Mendengar tangisan Umar, Nabi Saw terjaga dan bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai putra Khatab?”. “Bagaimana aku tidak menangis, tikar itu telah membekas di pinggangmu. Sementara Kaisar(Raja Romawi) dan Kisra (Raja Persia) bergelimang buah-buahan dan sungai-sungai sedangkan engkau adalah utusan Allah dan hamba pilihan-Nya hanya berada dalam sebuah kamar seperti ini,” Jawab Umar.

Dalam riwayat ini diceritakan, ketika kaum muslimin menggali parit (perang Khandak), Rasulullah Saw turut serta bersama mereka mengali parit. Saat itulah Jabir bin Abdullah melihat Rasulullah sangat lapar dan mengundang beliau bersama sahabat makan di rumahnya, (HR Bukhari Muslim).

Rasulullah tidak hanya ikut serta dalam “kerja bakti”, tetapi beliau juga turun dalam gelanggang pertempuran. Bahkan dalam perang Uhud beliau sempat terluka dan berdarah. Wajah beliau terluka, gigi seri beliau patah, dan topi perang beliau hancur.

Beberapa riwayat tersebut di atas sejalan dengan sabda Rasulullah Saw,”Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya,” (HR Bukhari Muslim). Dalam hadits ini Rasulullah Saw mengibaratkan pemimpin sebagai perisai. Sebagaimana hal perisai melindungi tubuh dari senjata lawan. Pemimpin teladan adalah meereka yang mampu melindungi keamanan jiwa dan harta rakyat serta melindungi rakyat dari jeratan kemiskinan dan kebodohan.

Uraian di atas dapatlah dijadikan sebagai bahan perenungan, bagaimana sesungguhnya posisi seorang pemimpin. Pemimpin adalah pengayom, pelindung, contoh yang senantiasa dijadikan teladan. Sunggguh tidak layak dan tidak pantas pemimpin bergalimang kemewahan sementara rakyatnya kalaparan dan kedinginan. Demikian juga tidak masuk akal para pemimpin hanya bisa memerintah untuk berbuat sesuatutetapi ia sendiri itdak melakukannya.Wallahu a’lam bis shawab.
(Dr. Chaizi Nasucha)

selanjutnya baca di sini..